Pantaskah Kita Mendapatkan Kesucian Idul Fitri?

Idul Fitri, adalah hari kemenangan setiap muslim di setiap penjuru dunia. Semua muslim berhak merayakannya. Tapi apakah kita sudah pantas mendapat kesucian Idul Fitri?

Setiap Idul Fitri di Indonesia diidentikkan dengan pakaian baru, dan semua yang baru. Tapi sebenarnya, hati kitalah yang harus baru dan suci, serta sikap dan perilaku kita yang semakin membaik.

Seiring berakhirnya bulan suci Ramadhan, datanglah hari raya Idul Fitri. Bulan yang suci ini hendak pergi. Dimana berlimpah ridho dan pahala Allah SWT di bulan ini. Tetapi apakah kita telah merenggut semuanya? jangankan semuanya, sudahkah setengahnya? atau seperempatnya? saya rasa tidak. Karena rizki, ridho, dan pahala Allah tidak terbatas jumlahnya. 



Setiap muslim pasti senang menyambut datangnya hari raya Idul Fitri. Mereka yang beribadah sungguh-sungguh akan merasa bangga dan bahagia akan datangnya hari itu. Dan mereka yang beribadah dengan sungguh-sungguh dengan niat karena Allah, dan untuk mendapatkan ridho dan pahala-Nya, berhak mendapatkan kesucian di hari raya Idul Fitri, kesucian untuk dirinya. 

Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah. Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya. Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka. Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas menuju sumber panggilan, kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh di atas sajadah-sajadah penuh tetesan air mata. Seakan tidak akan rela mereka dengan kepergian bulan suci Ramadhan.

Sungguh amat disayangkan. Banyak anak-anak, remaja-remaja dan orang tua kini yang tidak memperdulikan keagungan bulan suci Ramadhan. Masih banyak mereka yang meninggalkan puasa, shalat lima waktu, dan shalat sunnah seperti tarawih hanya untuk keperluan duniawi. 

Sadarkah yang paling dekat dengan kita di dunia ini adalah kematian? Bagaimana jika esok kita mati, atau bulan depan, atau tahun depan? sehingga tidak akan bertemu bulan yang suci ini. Sudahkah kita memahaminya? 

Kita mungkin tak akan punya kesempatan untuk beribadah lagi esok hari, atau nanti. Kita harusnya bisa melakukan semua yang diperintahkan-Nya dengan kafah, dengan sungguh-sungguh sekan-akan kita akan mati sejam kemudian, esok, lusa, bulan depan, atau tahun depan.

Sudahkah kita merasa pantas mendapat kesucian hari raya Idul Fitri? sementara yang kita pentingkan hanyalah baju baru, jalan-jalan di hari raya Idul Fitri, dan hal-hal duniawi lainnya. Sudahkah kalian merasa pantas?

Jujur saya sendiri merasa belum pantas mendapatkannya. Astaghfirullahh

Maka saya hanya bisa berkata, berusahalah sebaik mungkin mendapat ridho dan pahala-Nya di bulan yang suci ini agar kita merasa pantas mendapatkan kesucian di hari raya Idul Fitri mendatang.

Sekian, semoga tulisan ini membuka mata hati kalian agar beribadah sepenuhnya di bulan yang suci ini.

Leave a Reply