Dua Macam Cemburu

Benarkah cemburu itu tanda cinta? Tapi  mengapa banyak yang berpisah atau cerai karena cemburu?

Benar, cemburu itu tanda cinta. Namun hati-hati dengan cemburu, karena ada cemburu yang terpuji (ghirah) ada juga yang tercela (dayuts). Cemburu yang terpuji berpusat dari cinta sejati. Cemburu terpuji adalah cemburu yang terkait dengan kebaikan, bukan prasangka. Sebaliknya, cemburu yang tercela adalah cemburu yang dilandasi rasa benci dan kerakusan.

"Ada cemburu yang disukai Allah, ada pula yang dibenci. Cemburu yang disukai Allah adalah cemburu terhadap sesuatu yang masih diragukan. Sedangkan cemburu yang dibenci adalah cemburu terhadap sesuatu yang tidak diragukan. (HR Abu Daud).

Hadits ini mengisyaratkan bahwa cemburu yang bersumber dari cinta sejati adalah keraguan, bukan kepastian. Artinya dia hanya ragu saja pasangannya berbuat demikian bukan karena keyakinan berbuat demikian. Istri yang tiba-tiba yakin suaminya berbuat tidak senonoh padahal belum melihatnya dengan jelas, termasuk istri atau pasangan yang telah kerasukan setan.

"Pada suatu malam Rasulullah pernah meninggalkannya (Aisyah) keluar rumah. Aisyah perkata : Maka aku pun cemburu kepada beliau. Tidak beberapa lama kemudian Rasulullah Saw kembali kerumah dan melihat apa yang aku lakukan. Maka beliau bertanya: "Hai Aisyah! Kau cemburu kepadaku?" aku menjawab: "Bagaimana mungkin aku tidak cemburu kepada orang sepertimu?". Rasulullah kembali bertanya: "Apakah setanmu telah menguasai dirimu?" "Ya Rasullullah apakah ada setan bersamaku?" Tanyaku.  Beliau menjawab: "Ya", Aku bertanya lagi: "Apakah setan juga bersama setiap orang?" Beliau menjawab: "Ya". Lebih lanjut aku bertanya: "Termasuk juga bersamamu?" Beliau menjawab: "Ya. Tetapi Tuhanku menolongku melawan setan sehingga aku bisa selamat." (HR. Muslim).

Cemburu yang berlebihan datangnya dari setan karena dilamdasi iri dengki dan hasud. Cemburu yang berlebihan akan mendorong dosa lainnya seperti ghibah, namimah (mengadu domba), ejekan, dan saling mencaci maki. Cemburu demikian akan merusak hubungan suami istri atau kekasih.


Sumber:  Buku "Problematika Remaja", Karya Abu Al-Ghifari.


Trimakasih telah sudi membaca artikel ini. Silahkan memberi komentar jika berkenan. ^_^

Leave a Reply